Mengenai Saya

Foto saya
Pekanbaru, Riau, Indonesia

Minggu, 15 Mei 2011

Teror Amerika: Teror Hakiki Dan Ancaman Terbesar Dunia

[Al Islam 556] Para pemimpin Barat mungkin bisa bernafas lebih lega. Osama bin Laden dinyatakan tewas dalam sebuah operasi yang dilakukan pasukan Navy Seal Amerika Serikat di pinggiran kota Abbottabad, barat laut ibu kota Pakistan, Islamabad, Senin tengah malam (2/5/2011).

Meski sebagian pihak meragukan kematian Osama dalam operasi itu. Karena AS kerap berdusta kepada publik dunia atas keberhasilannya mengeksekusi Osama. Seperti pengakuan Paul Craig Roberts, mantan deputi menteri keuangan AS dalam wawancaranya dengan Press TV, berdasarkan laporan Dinas Intelijen AS, Osama Bin Ladin telah tewas pada 2001 lalu dan ini adalah kedua kalinya militer Amerika membunuh Osama (lihat, Republika.co.id, 10/5).

Beberapa jam setelah keberhasilan operasi tersebut, Presiden Obama berpidato mengumumkan kematian Osama. Obama menyatakan bahwa operasi penyerbuan itu dalam rangka “melindungi bangsa kita dan untuk membawa pihak-pihak yang bertanggungjawab atas serangan biadab ini pada sebuah keadilan.” Obama juga menyatakan, “Malam ini, kita dapat berkata kepada keluarga-keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai karena teror al Qaeda: Keadilan telah ditegakkan.”

AS memperlakukan jasad Osama dengan keji dan tidak sesuai syariat Islam. Jenazah Osama dijatuhkan ke laut Arab dari dek sebuah kapal induk Amerika Serikat.

Perlakuan yang bertentangan dengan syariat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan itu jelas menyulut protes. Dr Ahmaed El-Tayeb, Sheikh Al Azhar Mesir, mengecam pelemparan jenazah Osama bin Laden ke laut itu. Seorang pengacara muslim terkenal di Mesir, Montasser al-Zayat, juga mengecamnya seraya bertanya, “Tidakkah cukup bahwa mereka telah membunuhnya dan memamerkan kegembiraan mereka kepada dunia?” (lihat, Kompas, 3/5).


Teror Amerika: Teror Hakiki dan Ancaman Terbesar Dunia

Banyak masyarakat dunia dipaksa untuk percaya bahwa Osama bin Laden dan jaringan al-Qaedanya bertanggung jawab atas tewasnya 3000 orang di gedung WTC -Meski hingga kini kebenarannya masih diragukan banyak pihak, karena sejumlah kejanggalan yang ada-. Tidak cukup di situ, Obama dalam pidatonya tanggal 3 Mei lalu juga menyatakan bahwa jaringan al-Qaeda pimpinan Osama juga telah membunuhi muslim secara massal.

Dunia, termasuk kaum muslimin, terus diberondong dengan kampanye kebohongan yang semestinya membuat muak siapa saja yang mengetahui kebenaran. Ketika di awal jabatannya Obama menyatakan akan bersahabat dengan dunia Islam, ia justru mengirimkan 17.000 dari rencana 21.000 pasukan tambahan ke Afghanistan pada tahun 2009.

Pasukan AS dan sekutunya bertindak seolah di wilayah mereka sendiri, membunuhi warga sipil dan muslim yang tak berdaya, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua di negeri muslim. Pada bulan Mei 2009 misalnya, dengan dingin pasukan NATO membunuh seorang bocah perempuan berusia 12 tahun, melukai seorang wanita dan seorang pria yang tengah berangkat menuju pesta pernikahan di Afghanistan Barat (Republika, 5/5/2009).

Di tahun 2008 saja sebanyak 2.100 orang rakyat sipil telah jadi korban. Di tahun 2009 jumlah korban perang Afghanistan meningkat hingga 40 persen. Dalam sebuah serangan pasukan NATO misalnya, tidak kurang 100 warga sipil menjadi korban (eramuslim, 6/5/2009). Menurut hitungan AFP berdasar hitungan resmi dan sebuah laman Internet independen, lebih dari 10.000 orang, sekitar seperlimanya warga sipil, telah tewas akibat kekerasan di Afghanistan tahun 2010 (investor.co.id, 3/1/2011).

Sementara di Irak, kantor berita Al Jazeera, mencatat sekitar 680 warga sipil di Irak, termasuk perempuan hamil dan penderita gangguan mental, tewas terbunuh hanya karena melintas terlalu dekat dengan pos-pos pemeriksaan militer di jalanan yang dijaga pasukan AS dan sekutunya (Kompas, 25/10/2010).

Lembaga independen Iraq Body Count (IBC) yang bermarkas di Inggris mencatat jumlah korban sipil akibat kekerasan di Irak mencapai 100.709 - 110.006 orang. Analisis penuh atas data wikileaks masih bisa menambah angka 15.000 lagi (www.iraqbodycount.org, diakses pada 10/5).

Kalau Osama ‘patut’ dihabisi karena bertanggung jawab atas kematian 3000 orang di AS, yang sampai saat ini pun belum bisa dibuktikan kebenarannya, lalu bagaimana dengan pemerintah AS dan sekutunya yang telah membunuhi puluhan ribuan orang tak berdosa di Irak, Afghanistan dan Pakistan?

Disamping itu, kekejaman pasukan AS dan sekutunya di Irak seharusnya membuat Obama malu mengucapkan kata ‘keadilan’. Sungguh Obama tidak memiliki kredibilitas untuk berbicara tentang keadilan. Pertanyaan yang seharusnya terlontar adalah: kapan kepada keluarga puluhan ribu korban invasi AS dan sekutunya bisa dikatakan “hari ini keadilan telah ditegakkan“?

Kata ‘keadilan’ yang dilontarkan Obama pun di mata para pakar hukum internasional juga dianggap retorika kosong. Bila memang Osama bersalah bukankah seharusnya ada pengadilan yang membuktikannya?

Mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt menyatakan bahwa tindakan AS sudah merupakan kriminalitas tingkat internasional dan pelanggaran hukum internasional. Hal senada dilontarkan Ehrhart Koerting, Menteri Dalam Negeri di Berlin.

Menurut pakar hukum internasional Gert-Jan Knoops yang tinggal di Belanda, Osama seharusnya ditangkap dan diekstradisi ke Amerika. Sementara menurut Reed Brody, penasihat di Human Rights Watch, AS tak berhak melanggar protokol HAM atau hukum internasional meski dengan tujuan untuk membuat dunia lebih aman. (lihat, detiknews.com, 4/5/2011)

Tapi Amerika Serikat tidak akan pernah mempedulikan kecaman atas tindakan brutal mereka. Karena mereka sudah menjadikan diri mereka sendiri sebagai hukum, hakim sekaligus eksekutornya. AS yang menentukan siapa teroris dan bagaimana cara menghukumnya. Bukan pengadilan internasional apalagi suara dunia Islam.

AS telah menghabiskan dana US $ 1.3 triliun, menangkap dan menyiksa ratusan orang tanpa pengadilan, dan membunuhi ribuan warga sipil, membuat ketidakstabilan di berbagai wilayah di dunia, dan mendorong sektarianisme yang semuanya dilakukan dengan alasan untuk memberangus al Qaeda dan Osama. Mereka juga tidak takut untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi dan membunuh lebih banyak lagi untuk menunjukkan kepongahan mereka. Pasca kematian Osama, AS akan terus melanjutkan operasi militer brutal degan dalih war on terror. Maka AS sendirilah yang sebenarnya melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan demokrasi dan perang melawan terorisme. Amerika The Real Terroris!

Amerika Serikat Musuh dan Ancaman Sejati Dunia, Lawan!

Kaum muslimin tidak boleh tertipu oleh omong kosong perang melawan terorisme dan penegakkan keadilan yang dilontarkan AS dan pemimpinnya Barack ‘pembual’ Obama. Baginya, sebenarnya yang paling penting bukanlah keadilan bagi rakyat AS apalagi kedamaian dunia. Obama hanya mementingkan popularitasnya yang terus merosot karena ketidakbecusannya mengurus negerinya. Terbukti dukungan terhadapnya naik menjadi 53 persen setelah berita kematian Osama. Ia berkepentingan agar kembali bisa terpilih menjadi presiden di periode berikutnya. Maka ia tak peduli berapapun biaya yang dikeluarkan dan berapa ribu muslim yang akan terbunuh.

Penjajahan dan kezaliman AS dan sekutunya itu harus dienyahkan, baik Osama ada ataupun tidak. Untuk itu kaum muslim tidak bisa mengandalkan dan berharap pada pemimpin mereka saat ini. Sebab sebagian pemimpin mereka justru berkolusi dengan musuh dan berkhianat dengan membuka jalan bagi kaum kuffar untuk membunuh kaum muslim rakyat mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka mengaku mengurusi umat sementara mereka sendiri bersekutu dengan para penjajah? Sementara pemimpin yang lainnya lebih memilih menyanjung para penjajah dan bersembunyi di balik ketiaknya. Mereka lupa, suatu hari mereka pasti akan menyesalinya dan ingin melarikan diri dari persekongkolan itu sejauh-jauhnya. Diakhirat mereka akan tertimpa azab yang pedih.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ﴿١٦٥﴾ إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. al-Baqarah: 165-167)

Wahai kaum muslimin!

Semua itu menunjukkan bahwa umat membutuhkan pemimpin dan sistem yang bisa mengenyahkan penjajahan dan kezaliman AS (Barat) dan melindungi setiap tetes darah umat ini. Yaitu tidak ada yang lain kecuali Khalifah dan sistem Khilafah yang menerapkan syariah islam dan menegakkan kedaulatan syariah. Hanya dengan khilafah kehormatan dan darah umat akan terjaga. Maka wakai kaum muslim! bersegeralah memperjuangkan penerapan syariat dan tegaknya khilafah yang dijanjikan Allah untuk mendapatkan keridhaanNya dan perlindungan dari musuh-musuh Anda. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [ ]

Komentar al-Islam:

Seluruh partai politik besar yang berideologi nasionalis kini memiliki organisasi sayap yang bersifat keagamaan. Selain efektif untuk meningkatkan suara, kebaradaan sayap itu untuk meningkatkan soliditas dan citra partai (Kompas, 10/5)
Itulah politisasi agama, memperalat agama untuk kepentingan politik. Hal itu justru akan memperburuk citra Islam dan menjauhkan umat dari agamanya.
Umat harus hati-hati jangan sampai terpedaya dengan politisasi agama itu.
Memperjuangkan agama yang sesungguhnya adalah melalui perjuangan politik memperjuangkan penerapan syariah secara formal dalam bingkai negara.

UU Intelijen berpotensi memberi kekuasaan tak terbatas bagi intelijen untuk bertindak. Lewat UU ini aparat keamanan diduga ingin kembali mengatur segi-segi kehidupan masyarakat, persis seperti zaman orde baru dulu. “Ini seolah-olah intelijen sapu jagat. Mulai dari menginteli, menyadap hingga menangkap”, ujar pengamat intelijen Mufti Makarim (lihat, detiknews.com, 10/5).
Umat islam perlu waspada lahirnya rezim negara intel.
Waspadai kriminalisasi islam idelogi dengan visi islam politik dan para pengusungnya, dijstifikasi sebagai ancaman dan musuh dengan UU represif.

AS dengan Bebas Berkeliaran, Membunuh dan Membantai di Negeri Kaum Muslim

Kantor Media Pusat

Hizbut Tahrir

No : 32/1432 H

Tanggal : 29 Jumadul Ula 1432 H/02 Mei 2011 M

AS dengan Bebas Berkeliaran, Membunuh dan Membantai di Negeri Kaum Muslim

Seolah-olah Bagian dari Wilayah Amerika!

Obama mengumumkan pada pagi ini, Senin 2011/05/02 bahwa pasukan AS telah menyerbu sebuah rumah yang aman di Pakistan, sehingga membunuh orang-orang yang ada di dalamnya baik perempuan, laki-laki, dan anak-anak … Dan bahwa Bin Laden termasuk orang yang tewas dan pasukan Amerika agressor membawa jasadnya… Kemudian pejabat AS menambahkan bahwa mereka telah menguburkan jasad bin Laden di laut, menurut tatacara Islam! Begitulah penghinaan terhadap Islam. Ingatlah laknat Allah akan ditimpakan kepada orang-orang kafir.

Bin Laden jika memang ia telah syahid, maka memang itulah yang ia idamkan: kemenangan atau syahid. Ia telah meraih salah satu dari kedua kebaikan itu di tangan orang kafir, yang senyata-nyata kafir, yang membuat Bin Ladin pada hari kiamat kelak tidak memerlukan satu rakaat pun shalat yang ia tunaikan untuk meraih kebaikan itu!


Adapun Obama maka dia telah kalah dua kali dalam peristiwa ini:

Pertama, Amerika dengan pasukannya yang besar dan pasukan sekutu, dengan bantuan antek-antek khianatnya, mereka harus mengerahkan semua kekuatan hingga sekitar satu dekade, hanya untuk mencari seorang laki-laki yang tidak memiliki kekuatan fisik sampai sepersepuluh dari kekuatan satu batalion dari pasukan mereka itu… Maka jika mereka berhasil mendapatkannya dan kondisinya begitu setelah satu dekade, hal itu dalam tradisi ksatria perang tidak dinilai sebagai kemenangan yang pantas dibanggakan oleh Obama …

Kedua, Obama tidak membunuh Bin Ladin di medan perang, tetapi di dalam rumah yang di serbu! Dan ini dalam tradisi orang-orang yang memiliki jiwa kehormatan di antara para ksatria perang tidak dinilai sebagai kemenangan yang pantas dibanggakan oleh Obama …

Begitulah, syahidnya seorang muslim di tangan salibis yang penuh dengki terhadap Islam dan pemeluknya, itu bukanlah perkara yang aneh. Tetapi yang aneh dan ironis adalah Amerika berkeliaran dengan bebas di negeri kaum Muslim, mengacaukan suasana, membom rumah, dan menghancurkannya di depan mata para penduduknya tanpa mempedulikan orang yang ada di dalamnya baik anak-anak, wanita maupun orang-orang tua! Semua itu terjadi tanpa penolakan sedikit pun dari penguasa! Penguasa kita karena kehinaan dan kerendahan mereka di mata Amerika dan keasyikannya dalam berkhianat, maka Amerika menggunakan mereka sebagai mata-mata yang memberikan informasi-informasi intelijen untuk membunuhi kaum Muslim. Sampai jika Amerika memutuskan membunuh dan menyerbu, maka America melakukannya di jantung negeri para penguasa khianat itu tanpa meminta izin mereka dikarenakan kehinaan dan kerendahan mereka!

Pengumuman terbunuhnya Bin Ladin disertai banyak kesamaran, keraguan seputar hal-hal yang melingkupi tindakan kejahatan itu. Dan disertai adanya pertentangan laporan intelijen dan penutupan banyak hal tentang detil di seputarnya. Terlepas dari semua itu, seiring waktu hal itu akan terbongkar kebenarannya dan kebenaran berbagai kejadian menyedihkan lainnya yang berkaitan dengan umat ini…

Hizbut Tahrir dalam konteks ini merasa penting untuk mengingatkan hal-hal berikut:

1. Barat kafir terus melanjutkan perang salibnya terhadap Islam dan kaum Muslim. Itu adalah perang salib hingga sekali pun seandainya Obama berbohong dan mengatakan “Amerika Serikat tidak dan tidak akan melawan Islam“.

Lalu apa yang dilakukan pasukan Amerika dan sekutunya di Afganistan? Apa yang dilakukan pasukan Amerika dan sekutunya di Irak? Dan apa tentang puluhan ribu kaum Muslim yang telah dan sedang ditumpahkan darahnya oleh Amerika? Apa artinya sikap diam membisu barat kafir terhadap pembunuhan kaum Muslim di Chechnya, Kashmir, dan kaum Muslim di bagian bumi lainnya? Bukankah semua itu dilakukan oleh tangan barat kafir salibis baik secara langsung maupun tidak langsung?! Dan apa dan apa?!

Sungguh itu adalah perang salib yang belum berhenti!! Jauh sebelumnya, presiden AS yang lalu, George Bush pada tahun 2001 telah mengumumkan bahwa itu merupakan perang salib dan didukung oleh para politisi senior barat.

2. Sungguh telah tiba waktunya bagi penduduk Pakistan untuk melakukan hal-hal berikut:

- Menindak penguasa penjahat yang telah menggunakan negeri ini untuk melayani Amerika dalam perang melawan Islam dan kaum muslim! Penduduk Pakistan tidak boleh bersikap tenang-tenang saja hingga mereka mencabut penguasa penjahat yang loyal kepada musuh-musuh Allah dan umat ini…

- Para ahlul quwah di antara para perwira militer Pakistan dan putera-putera berbagai kabilah harus melakukan peran mereka yang telah diwajibkan oleh Allah terhadap mereka. Kita bertanya kepada mereka: “Bukankah bagian dari ajaran agama Anda yang agung adalah membela Islam dan kaum muslim? Bagaimana Anda menerima kehinaan ini di mana Amerika menerobos negeri Anda dan membunuh siapa saja yang ingin mereka bunuh, dan melakukan keburukan di jantung negeri Anda seperti yang mereka inginkan?!”

Maka kembalilah kepada akal sehat Anda wahai para tokoh! Cabutlah para penguasa Anda dan satukan tangan Anda dengan tangan Hizbut Tahrir untuk mengumumkan Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, sehingga khilafah memerintah dengan Islam, membebaskan negeri dan penduduknya, dan mengemban Islam ke seluruh dunia sebagai risalah petunjuk dan cahaya.

Wahai Kaum Muslim di Mana Saja

Sungguh kebrutalan dan kejahatan dalam memperlakukan Islam dan pemeluknya akan terus berlangsung dan bertambah sampai Allah memberi kekuasaan kepada umat ini sehingga mereka mendirikan khilafah dan menjadikannya pelindung yang kokoh!

Maka wahai para ksatria, wahai hamba-hamba Allah, berhamburlah untuk menolong agama Allah, berhamburlah untuk mengembalikan Islam agar kembali memimpin dunia dan mengeluarkan dunia dari kekejian, kezaliman, dan kegelapan Amerika dan Eropa menuju cahaya dan keadilan Islam yang belum pernah umat manusia melihat cahaya dan keadilan semisal itu selamanya …

Berhamburlah dan letakkan tangan Anda menyatu dengan tangan Hizbut Tahrir karena di dalamnya terdapat kebaikan di dunia dan akhirat.

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿٨﴾ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ ﴿٩﴾

Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. (QS ash-Shaff [61]: 8-9)

Utsman Bakhasy

Direktur Kantor Media Pusat

Hizbut Tahrir

Telp/Fax: 009611307594. HP: 0096171724043

Email: media@hizb-ut-tahrir.info

www.hizb-ut-tahrir.org

www.hizb-ut-tahrir.info

Senin, 21 Februari 2011

Penumpasan Demonstran di Libya Tewaskan Sedikitnya 173 Orang

Pasukan keamanan Libya kembali menembaki demonstran anti-pemerintah, sementara kelompok HAM yang bermarkas di Amerika mengatakan jumlah korban tewas di Libya menjadi 173 orang dalam kerusuhan lima hari.
Hari Minggu, saksi mata di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya,  mengatakan pasukan keamanan menembaki pelayat yang menghadiri pemakaman pengunjuk rasa yang tewas sehari sebelumnya. Aparat keamanan hari Sabtu juga melepaskan tembakan ke arah massa yang berkumpul untuk pemakaman para aktivis.
Sumber-sumber di rumahsakit di Benghazi mengungkapkan penumpasan dalam seminggu ini sudah menewaskan setidaknya 200 orang dan mencederai ratusan lainnya.
Kepala Uni Eropa Catherine Ashton hari Minggu mengimbau Libya agar menghentikan kekerasan terhadap demonstran.
Libya mengancam akan menangguhkan kerjasama dengan Uni Eropa mengenai isu-isu imigrasi jika Uni Eropa tetap mendukung demonstrasi mendukung pro-demokrasi.
Menurut media Arab, setidaknya 15 demonstran tewas dalam penembakan hari Sabtu, yang disebut sejumlah penduduk sebagai pembantaian. Para saksi mata mengatakan, penembak jitu beraksi setelah pelayat mencoba menyerbu satu bangunan militer.
Sementara itu, pemerintah Turki memulangkan ratusan warganya dari Libya karena kerusuhan politik dan kekerasan di negara Afrika Utara itu. Pejabat pemerintah mengatakan lebih dari 530 orang kembali ke Turki sejak Sabtu. Beberapa orang ikut penerbangan komersial, lainnya ikut dalam pesawat yang disewa pemerintah Turki.
Pejabat Turki berencana mengirim dua lagi pesawat evakuasi ke Libya hari Minggu. Media Turki, seperti dikutip kantor berita Perancis, melaporkan beberapa warga Turki yang bekerja untuk perusahaan negara di Libya diserang oleh demonstran.
Menurut Duta Besar Turki di Tripoli, ada sekitar 6.000 warga Turki yang tinggal di kawasan yang terkena dampak kekerasan di Libya. (voanews.com, 20/2/2011)
http://hizbut-tahrir.or.id/2011/02/21/penumpasan-demonstran-di-libya-tewaskan-sedikitnya-173-orang/

Kamis, 17 Februari 2011

AKHLAK PARA LEBAH.

Add caption
lebah adalah salah satu makhluk yg Allah cintai,sehingga namanya bersanding diabadikan di dalam Kalamullah yaitu An-Nahl dalam al-qur'an.

akhlak beliau sungguh agung dan mulia.
Masya Allah.
ikhwan wa ukhti fillah.

walaupun beliau(para lebah) memiliki hawa nafsu,namun TIDAK sekalipun ketika beliau mencari nafkah(madu) sampai MERUSAK KELOPAK di setiap untaian bunga,
padahal sayapnya begitu kuat dalam mengepak,
namun begitu wara' nya (hati-hati) beliau terhadap ciptaan Allah tersebut(yaitu bunga).betul tidak ?

beliau(para lebah) begitu RUPAWAN namun tidak pernah sombong,
beliau tangguh namun tidak pernah merusak,

beliau bekerja lelah,namun tidak pernah meminta upah
(seoalh olah lebah itu berkata "oh tidak apa apa,biar saya saja yang mencari madunya,antum butuh berapa,nanti saya carikan,oh ini semua buat antum,saya cuma butuh ridha-Nya saja,sudah sudah biar antum saja yg menikmati madunya,saya hanya butuh cinta-NYA)

mungkin hanya para anbiyya dan para sahabat yg selama ini mencari nafkah mati-matian bukan untuk pribadi tetapi "biar buat antum saja,saya hanya butuh ridha-Nya"

beliau punya nafsu namun tidak serakah,

beliau begitu taat kepada Allah untuk terus menjaga sang ratu lebah dalam sarang,sekalipun harus nyawa taruhannya(karena lebah akan langsung mati ketika sedang mengatup ekornya ke manusia)
nyatanya motto hidup lebah adalah
"HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID".(sadarkah kita?)

mungkin hanya rasulullah yg bisa mengalahkan akhlak para lebah,sehingga jika ingin bersanding duduk disamping rasulullah,kalahkan saja dulu akhlak para lebah,karena orang yang duduk paling dekat dgn rasulullah adalah orang yg paling baik akhlaknya.

wallahu alam,,

Selasa, 15 Februari 2011

Meniru Indonesia, Revolusi Mesir pasti Gagal !

Perubahan yang sejati akan terjadi ketika ketika Mesir kembali menjadi ibu kota umat Islam dengan tegaknya Khilafah Rasyidah, satu-satunya negara di negeri-negeri kaum Muslim!
Gambaran kemana arah ‘revolusi’ Mesir saat ini sudah terlihat. Meskipun tidak sama persis, revolusi Mesir tampaknya akan mengikuti skenario Indonesia di era reformasi tahun 1998. Apalagi Amerika juga berharap sama. Laman The Wall Street Journal, Jumat(11/02), menyebut pemerintah Amerika Serikat memakai pergolakan di Indonesia pada pertengahan 1998 menjadi model transisi kekuasaan yang sukses di negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Disebutkan juga, para pejabat Dewan Keamanan Nasional Negara Paman Sam itu dalam minggu terakhir berdiskusi dengan para ahli kebijakan luar negeri tentang kemiripan antara revolusi Mesir dan Indonesia, yang membuat Indonesia dalam waktu lebih dari satu dekade memiliki sistem ekonomi dan politik di negara berkembang yang paling terbuka.
Karen Brooks, ahli politik luar negeri yang membantu mengamati Indonesia pada pemerintahan Clinton dan Bush, mengatakan pemerintahan Indonesia berhasil berkembang menjadi negara sekuler dengan sedikit sekali pengaruh dari politik Islam. Hal ini ujar Brooks, adalah karena pemilu selanjutnya dilakukan setahun setelah penggulingan Soeharto, sehingga partai sekuler mempunyai waktu untuk berkembang. Sementara selama 30 tahun menuju transformasi demokratis Indonesia, kata Brooks, partai Islam terlihat kesulitan mengumpulkan suara mayoritas.
Seperti Indonesia, Barat ingin memastikan beberapa hal dari transisi politik Mesir yang menjamin eksistensi penjajahan mereka . Pertama, militer tetap sekuler dan menyerahkan kesetiaannya kepada Barat. Kedua, sistem negara yang dianut tetap sekuler dengan tetap berpegang teguh pada pilar demokrasi, liberalisme, pluralisme . Ketiga, sistem ekonomi yang dianut liberal yang menjamin prinsip pasar bebas . Keempat, kelompok Islam yang oleh Barat sering disebut radikal (karena ingin menegakkan syariah Islam) tidak mendapat tempat atau paling tidak berada dalam posisi yang marginal.
Militer Mesir sendiri yang merupakan kunci pokok perubahan di Mesir, sudah menunjukkan indikasi mengikuti skenario itu. Dewan tertinggi Angkatan Bersenjata, yang sekarang memegang kekuasaan transisi, diisi oleh perwira tinggi atau mantan perwira binaan Mubarak yang pro Amerika dan Israel . Seperti Jenderal Omar Suleiman, wakil presiden dan mantan kepala intelijen ;Marsekal Udara Mohammed Hussein Tantawi, menteri pertahanan; Letnan Jenderal Sami Anan, kepala staf angkatan bersenjata Mesir.
Sikap pro Barat pun dibuktikan dengan pernyatan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata pada Sabtu (12/2) yang menyatakan Mesir akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian regional dan internasional. Hal ini berarti termasuk hubungan Mesir dengan Israel yang telah dijalin di era Mubarak selama 30 tahun tidak berubah.
Kalau benar-benar mengikuti skenario Indonesia, nasib Mesir pun tidak akan berbeda dengan Indonesia, menjadi negara gagal. Hingga saat ini masih terdapat 30 juta rakyat miskin di Indonesia versi pemerintah atau lebih kurang 100 juta versi Bank Dunia. Pengangguranpun masih tinggi, mafia hukum makin menjadi-jadi, korupsi terjadi di segala bidang. Aliran sesat dan kemaksiatan marak dimana-mana dibawah perlindungan HAM. Sementara kekayaan alam Indonesia yang melimpah dirampok lewat instrumen ekonomi neo liberal atas nama pasar bebas, privatisasi, dan hutang luar negeri.
Pangkal penyebaban negara gagal ini adalah sangat jelas. Karena Indonesia mengikuti arahan Barat, menjadi negara sekuler dan tidak menerapkan syariah Islam untuk mengatur negara. Sunguh sangat disayangkan kalau Mesir mengikuti kegagalan Indonesia, karena tunduk kepada arahan Amerika penjajah. Negara yang sebenarnya semakin melemah dan menghadapi banyak persoalan di negaranya sendiri.
Untuk itu apa yang menjadi seruan Hizbut Tahrir Mesir kepada para demonstran di Tahrir Square menjadi sangat penting. Dalam selebarannya Hizbut Tahrir Mesir menyatakan perubahan tidak akan terjadi hanya dengan mengganti satu agen dengan agen yang lain, bukan pula dengan mengganti konstitusi sekuler yang satu dengan konstitusi sekuler lainnya. Perubahan rezim tidak terjadi melalui negosiasi dengan pilar-pilar rezim itu.
Perubahan yang sejati akan terjadi ketika ketika Mesir kembali menjadi ibu kota umat Islam dengan tegaknya Khilafah Rasyidah, satu-satunya negara di negeri-negeri kaum Muslim . Perubahan inilah yang akan akan mengembalikan Mesir sebagai Kinanah Allah di muka bumi-Nya. Perubahan yang akan membuat Mesir aman dengan keamanan Islam, baik muslim maupun kerabatnya kaum Qibthi yang beragama nashrani tanpa diskriminasi.
Perubahanlah inilah yang menjadikan Mesir sebagai tongkat untuk memukul kaum penjajah, khususnya Amerika, menjadi api yang membakar mereka, bukan sebagai harta simpanan yang membuat penjajah senang! Perubahan sejati - dengan dengan tegaknya pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Rabb semesta alam - itulah yang didalamnya terdapat keamanan dan keselamatan, yang membuat darah para demonstran tidak sia-sia! (Farid Wadjdi)

Sabtu, 05 Februari 2011

Ke Mana Arah Sikap Militer Mesir?

Konsep Teknologi Pembelajaran

Latar Belakang Sejarah dan Teknologi Pembelajaran
Cirebon Blogger Competition1Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Adalah Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak dalam gambar 1 berikut ini :
Kerucut Dale
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran
Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan – gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.
Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan proses pembelajaran..
Definisi Teknologi Pembelajaran
Rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran.
Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.
Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
Dengan mencantumkan istilah tujuan khusus, tampaknya rumusan tersebut berusaha mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan tersebut memandang pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan khusus.
Definisi Silber 1970
“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup : perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
Definisi AECT 1994
“ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung makna yang dalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
Jika kita amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas, tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses “metamorfosa” menuju penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai alat ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek, dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan profesi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.
Kawasan Teknologi Pembelajaran
Definisi 1994, dirumuskan berlandaskan lima bidang garapan dari Teknologi Pembelajaran, yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan (domain) dari bidang Teknologi Pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan kelima kawasan tersebut, dengan sub kategori dan konsep yang terkait :
1. Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969 dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu : (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran; (4) Karakteristik Pembelajar.
Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi : langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah –langkah tersebut harus tuntas. Dalam Desain Sistem Pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.
Desain Pesan; yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap. Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.
Karakteristik Pembelajar, yaitu segi-segi latar belakang pengalaman pembelajar yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik pembelajar mencakup keadaan sosio-psiko-fisik pembelajar. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan kemampuannya (ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata — dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
2. Kawasan Pengembangan
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, di dalamnya meliputi : (1) teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknologi berbasis komputer; dan (4) teknologi terpadu.
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film, namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-visual ke era Teknologi Pembelajaran sekarang ini. Pada 1930-an film mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia II, banyak jenis bahan yang diproduksi terutama film untuk pelatihan militer. Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual). Selama akhir tahun 1950- an dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran berprograma mulai digunakan untuk pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1098-an teori dan praktek di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang seperti jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan dari kawasan ini.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya . Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena : (1) pesan yang didorong oleh isi; (2) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan (3) mManifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran
Teknologi Cetak; adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti : buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar.
Secara khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang; (2) keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif; (3) keduanya berbentuk visual yang statis; (4) pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual; (5) keduanya berpusat pada pembelajar; dan (6) informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
Teknologi Audio-Visual; merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audio-visual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang beukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) bersifat linier; (2) menampilkan visual yang dinamis; (3) secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang; (3) cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak: (4) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif; (5) sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
Teknologi Berbasis Komputer; merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor. Berbagai aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based intruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI”), atau “computer-managed instruction (CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :
  • Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier
  • Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
  • Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol maupun grafis.
  • Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
  • Belajar dapat berpusat pada pembelajar dengan tingkat interaktivitas tinggi.
Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini,– khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.
  • Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
  • Dapat digunakan secara acak, disamping secara. linier
  • Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
  • Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali pembelajar.
  • Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran
  • Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
  • Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pembelajar yang tinggi
  • Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.
3. Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pembelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar, serta memasukannya ke dalam prosedur oragnisasi yang berkelanjutan.
Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai berupaya untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.
Di antara penelitian formal yang paling tua mengenai aplikasi media dalam pendidikan ialah studi yang dilakukan oleh Lashley dan Watson mengenai penggunaan film-film pelatihan militer Perang Dunia I (tentang pencegahan penyakit kelamin). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audio-visual mengorganisasikan dan mempromosikan bahan-bahan audio visual, sehingga menjadikan persediaan bahan pembelajaran semakin berkembang dan mendorong cara-cara baru membantu guru. Selama tahun 1960-an banyak sekolah dan perguruan tinggi mulai banyak mendirikan pusat-pusat media pembelajaran.
Karya Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in Teaching, yang di dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang pemilihan bahan dan aktivitas belajar yang tepat. Pada tahun, 1982 diterbitkan diterbitkan buku Instructional Materials and New Technologies of Instruction oleh Heinich, Molenda dan Russel. Dalam buku ini mengemukakan model ASSURE, yang dijadikan acuan prosedur untuk merancang pemanfaatan media dalam mengajar. Langkah-langkah tersebut meliputi : (1) Analyze leraner (menganalisis pembelajar); (2) State Objective (merumuskan tujuan);(3) Select Media and Materials (memilih media dan bahan); (4) Utilize Media and Materials (menggunakan media dan bahan), (5) Require Learner Participation (melibatkan siswa) ; dan (6) Evaluate and Revise (penilaian dan revisi).
Pemanfaatan Media; yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pembelajar. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi malalui strategi yang terrencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media yang membantu guru. Model dan teori pemanfaatan dalam kawasan pemanfaatan cenderung terpusat pada perpektif pengguna. Akan tetapi, dengan diperkenalkannya konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960-an yang mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi gagasan, perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.
Rogers (1983) melakukan studi tentang difusi inovasi, yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Hasil studinya telah memperkuat pandangan tentang pentahapan, proses, serta variabel yang dapat mempengaruhi difusi. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan bergantung pada upaya membangkitkan kesadaran, keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi. Dalam hal ini, penting dilakukan proses desiminasi, yaitu yang sengaja dan sistematis untuk membuat orang lain sadar adanya suatu perkembangan dengan cara menyebarkan informasi. Desiminasi ini merupakan tujuan awal dari difusi inovasi. Langkah-langkah difusi menurut Rogers (1983) adalah : (1) pengetahuan; (2) persuasi atau bujukan; (3) keputusan; (4) implementasi; (5) dan konfirmasi.
Implementasi dan Institusionalisasi; yaitu penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan institusionalisasi penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses implementasi dan pemanfaatan dimulai. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implementasi. Bidang implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasarkan pada penelitian, belum berkembang sebaik-bidang-bidang yang lain. Tujuan dari implementasi dan institusionalisasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Sedangkan tujuan dari institusionalisasi adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan organisasi. Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun organisasi.
Kebijakan dan Regulasi; adalah aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna teknologi, baik untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, maupun terknologi terpadu.
4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui : perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan bermula dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum.
Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan caraa pengelolaan baru pula.
Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Dasar teoritis pengelolaan informasi bersal dari disiplin ilmu informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.
Pengelolaan Proyek; meliputi : perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek desain dan pengembangan. Pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisional (line and staff management) karena : (a) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki wewenang jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara, dan (c) pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebis luas dari yang biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain. Peran pengelola proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek dan memberi saran perubahan internal.
Pengelolaan Sumber; mencakup perencanaan, pemantauan dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber memliki arti penting karena mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup, personil keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan. Efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari pengelolaan sumber.
Pengelolaan sistem penyampaian; meliputi perencanaan, pemantauan pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan” Hal tersebut merupakan suatu gabungan antara medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada pembelajar.
Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan permasalaan proses seperti pedoman bagi desainer dan instruktur dan pelatih. Keputusan pengelolaan penyampaian sering bergantung pada sistem pengelolaan sumber.
Pengelolaan informasi; meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran
5. Kawasan Penilaian
Penilaian merupakan proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar, mencakup : (1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif .
Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek , produk. Penilaian program – evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.
Penilaian proyek – evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Contoh, suatu lokakarya 3 hari mengenai tujuan perilaku. Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan berlangsung dalam yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dalam kenyataannya menjadi program.
Penilaian bahan (produk pembelajaran) – evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan produk pembelajaran lainnya.
Analisis Masalah. Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Telah lama para evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun baiknya anjuran orang, program yang diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gagal memenuhi kebutuhan.
Jadi, kegiatan penilaian ini meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pembelajar, serta penentuan tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990). Kebutuhan telah dirumuskan sebagai “jurang antara “apa yang ada”dan “apa yang seharusnya ada” dalam pengertian hasil (Kaufman,1972). Analisis kebutuhan diadakan untuk kepentingan perencanaan program yang lebih memadai.
Pengukuran Acuan Patokan; pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pembelajaran menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya ditentukan dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor minimal tersebut dinyatakan lulus.Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.
Penilaian Formatif dan Sumatif; berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Dengan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau orang dsb). Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik lagi) kombinasi. Perbedaan antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah kiasan dari Bob Stake “ Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal tersebut sumatif. Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan, sebagai contoh : lembaga penyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk gabungan. Untuk alasan kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada sekedar merupakan penilaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai hasil, biukannya prose — hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif. Metoda yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Metoda pengumpulan data sering bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metoda pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
Hubungan Antara Kawasan
Dengan adanya kawasan sebagaimana dikemukakan di atas, teknologi pembelajaran sampai dengan masa definisi 1994 telah memiliki kepastian tentang ruang lingkup wilayah garapannya. Meski ke depannya jumlah kawasan beserta kategorinya akan semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan dalam bidang teknologi dan pendidikan, serta disiplin ilmu lainnya yang relevan, sebagai penopangnya. Setiap kawasan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi memiliki hubungan yang sinergis.
===========
SUMBER DAN DISARIKAN DARI :
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey yang berjudul Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, hasil terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk.(1995) dari judul aslinya Instructional Technology : Definition and Domain of Field yang diterbitkan pada tahun 1994.